Bergabunglah ke dalam barisan “Penjaga Al Qur`an”

PENJAGAAN AL QUR’AN ADALAH DI DALAM HATI

Seandainya Al Qur’an itu tidak pernah dibukukan, atau seandainya Al Qur’an yang ada di seluruh negeri Islam ini dimusnahkan, hilangkah Al Qur’an dari muka bumi ini?

Tentu tidak! Karena ada para penghafal Al Qur’an yang menjaganya dalam dada mereka. Yang tahu bacaannya kata perkata persis seperti yang pernah diajarkan oleh Rasul mereka.

Kisah ini pernah terjadi di akhir pemerintahan Turki Utsmani. Juga Andalus. Demikian pula Turkistan. Tatkala semua Al Qur’an dibakar dan tak bersisa, yang masih bisa menikmati Al Qur’an itu hanyalah para penghafal Al Qur’an saja. Karena Al Qur’an itu mereka simpan baik-baik di dalam dada mereka. Sementara yang menjaganya dalam bentuk tulisan tapi tidak dalam dadanya meratap-ratap. “Mengapa aku tidak menghafalnya dari dulu?”

Begitu pula ketika pada mujahid ditahan di penjara orang-orang kafir. Mereka tetap bisa berinteraksi dengan Al Qur’an karena mereka menyimpan Al Qur’annya baik-baik dalam dada mereka.

Tapi seandainya para penghafal Al Qur’an ini tidak ada lagi, apakah mush-haf Al Qur’an akan dapat dipahami dan dibaca secara utuh seperti yang diajarkan Rasulullah dahulu? Na’udzu billah min dzalik. jika ini terjadi, hilanglah tradisi keilmuan yang utuh. Seperti yang terjadi di kota-kota besar tatkala orang tidak lagi menjaga Al Qur’an dalam dadanya. Apa yang kurang dari fasilitas? Ada Mush-haf berbentuk buku, ada mush-haf digital, ada kaset murottal dan MP3nya, tapi apa yang dibaca ketika Shalat?

QIYAMULLAIL DAN AL QUR’AN

Qiyamullail artinya berdiri di waktu malam untuk shalat. Pertanyaannya, untuk apa shalat berdiri lama-lama?

Qiyamullail juga dikenal dengan Tahajjud yang artinya bekerja dan berusaha dengan keras. Pertanyaannya, untuk apa Shalat harus disebut bekerja keras dan berlelah-lelah?

Nama lainnya juga Tarawih yang berarti banyak beristirahat di sela-sela shalat. Pertanyaannya, untuk apa beristirahat di sela-sela shalat? Apakah shalat itu demikian beratnya hingga harus istirahat segala?

Pertanyaan ini mengacu pada jawaban yang sama, apapun istilahnya [qiyamullail, tahajjud atau tarawih], shalat malam memiliki karakteristik yang sama, yakni berdiri yang lama. Untuk apa berdiri lama-lama? Allah memberi jawabannya dalam Al Qur’an surat Al Muzzammil ayat 4:

[ورتل القرآن ترتيلا – dan bacalah Al Qur’an itu dengan tartil].

Rasulullah menjelaskan bahwa tartil adalah membaca dengan tadabbur. Jika ada ayat tentang surga, beliau meminta dimasukkan ke dalamnya. Jika ada ayat tentang neraka, beliau meminta perlindungan darinya. Jika ada perintah takbir beliau bertakbir. Jika ada perintah bertabih, beliau bertasbih.

Sedang ‘Ali bin Abu Thalib menjelaskan bahwa Tartil artinya adalah [تجويده ومعرفة وقوفه -membaguskan bacaannya dan tahu tempat-tempat waqaf].

Shalat berlama-lama adalah untuk membaca Al Qur’an. Dan apa yang harus dibaca jika kita tidak hafal? Yang terjadi adalah berputar-putar dari At Takatsur sampai An Naas. Insya Allah itu tetap baik dan mulia. Tapi tidakkah kita berkeinginan memvariasikannya dengan ayat-ayat yang lain?

Inilah kenapa penjagaan Al Qur’an di dalam dada [dengan menghafalnya] menjadi sangat utama. Rasulullah bersabda:

[الذي ليس في جوفه شيئ من القرآن كالبيت الخرب – Orang yang di dalam dadanya tidak ada hafalan Al Qur’an sedikitpun, seperti rumah yang kosong tanpa penghuni]

Bayangkan sebuah rumah yang ditinggalkan penghuninya selama bertahun-tahun. Apa yang akan terjadi? Rumah itu akan ‘menyeramkan’ dan dicap angker oleh orang-orang. Anak kecil pasti takut menginap di rumah seperti itu.

Bagaimana pula dengan hari kita? Mungkin saja ketika orang tidak merasa senang dengan kita,atau hati kita selalu merasa sedih, gundah, cepat marah dan mudah putus asa, adalah karena hati kita seperti sebuah rumah yang kosong. Kita tidak merasa nyaman dalam hati yang kosong itu.

MAKA…

Seorang Syaikh dari Turki, Muhammad Thahhan, ketika berkunjung ke Indonesia pernah menasihati kita semua dengan ungkapannya, “Jangan sia-siakan nikmat Al Qur’an yang ada di tangan anda!” Apakah kita harus menunggu Indonesia seperti Turki dahulu baru kita meratap mencari Al Qur’an? Na’udzubillah min dzalik…

Mari kita mulai dengan menghafalnya, sedikit demi sedikit…. Selangkah demi selangkah…

Setidaknya, jika tidak menghafal semuanya, jangan tinggalkan seluruhnya…

Wallahu A’lam

Sumber : http://rickyfirman.wordpress.com/

About Rohis Malahayati

Berjuang dengan Iman, Ilmu, dan Amal demi meraih Ridha Allah Lihat semua pos milik Rohis Malahayati

Tinggalkan komentar